Jumat, 30 Mei 2014

DIA PERGI

          Siluet itu kembali menghampiri ketika ku melalui jalan itu kembali. Menelusuri sekian waktu yang sudah berlari. Tak kuingat kapan kisah itu dimulai. Tersesat di dunia tanpa batas. Ketika sapaan menjadi penantian, ketika suara menjadi kerinduan, ketika wajah menjadi mimpi yang menyenangkan. Memberikan suasana yang baru didalam rutinitas yang membelenggu. kecerian yang tercipta laksana kumbang yang menemukan madu dalam pengembaraan panjangnya. Terbang mengelilingi bunga, menghirup wangi yang memabukkan. Tak ingin kembali pulang walau malam sudah menjelang.         

          Sekian masalah terpecahkan dengan indah. Ada senyum disudut bibir yang selalu manyum di sepanjang waktu ketika fakta ku berbicara dengan jelas. Ada merdu tawanya mengeluarkan lelucon khas anak seberang pulau. Hangat dan waktu seolah statis, hampa saat itu. Walau, Jarum jam tak pernah berhenti berputar dengan patuhnya. Dengan Enggan hari itu harus diakhiri.         

        Dua belas purnama, dia disini dengan langkah tegapnya. Selalu yang terdepan dengan segala pikirannya. Ketika lelah menyapa celotehannya membuat  tertawa. Halus tuturnya menberikan arti bagi prilaku kasarku yang mengikuti. Takzimnya kepada orang tua sungguh luar biasa. Menjadikannya impian kaum hawa. Dia mengisi segala sudut yang kosong disini. Memberikan hal yang berbeda dengan cara yang indah. Rindu jika tak berikatan seharipun. seperti apakah itu dijelaskan, wahai!           

         Hari lainnya berjalan begitu cepat. Ketika percik yang tak sanggup ditahan terungkap keluar. Bening matanya tak bisa berbohong membuat aku terjebak didalamnya. Kata yang menbuatku tak bisa berpikir jernih kemudian. Malam tak lagi dingin  dan siang tak lagi benderang bagiku. Air jatuh kebumi ketika balasan yang tak mungkin terpenuhi.         

        Aduhai, Setiaku pada tanah ini menjerat kuat. Tak mungkin jejak ini berpindah walau badai sekalipun. Janjiku sampai mati disini tak mungkin kuingkari. Pusara mereka harus kujaga dengan bakti. Hancur adalah pilihan terakhir yang kulalui.         

         Gelap jalan beberapa purnama sesudahnya. Berlalunya siang dan malam terasa panjang. lorong panjang seolah tak berkesudahan. Lama tak melihat matahari dengan hangat, hingga titik itu terang dengan akhir yang dibuat indah. Cinta dengan makna yang lain, Perhatian yang lain, janji abadi. Gerimis tak lagi turun sore itu seiring langkah kaki di dua arah yang berbeda. Mencari kebahagian yang tak terdapat disini.   
      
         Selayang kabar dia menemukan tulang rusuknya yang hilang di negeri tempatnya berjuang. Sebelumnya, Masih dengan suara hangatnya memohon pinta. Dua tangan terangkat tinggi, gelengan kepala menggeleng kencang. Senyumnya paham dengan mata menbayang luka lama yang coba disembunyikan.           

         Disini, Matahariku sudah bersinar terang. Siap terbit menerangi dunia, menberikan warna yang cemerlang           
         
       Disana,  Ada yang menunggumu, Bulanmu yang sebentar lagi akan menjadi purnama.            

       Jalan sudah berbeda menuju bahagia.

          

                      

           

 

Template by Suck My Lolly - Background Image by TotallySevere.com